Setahun Putri Saya



Setahun Putri  Saya
:Yons Achmad
(Penulislepas | Founder Kanet Indonesia)

Tak ada tiupan lilin
Tak ada kue ulang tahun
Tak ada tumpeng perayaan
Maafkan anakku...

Hari ini,  Minggu, 13 Maret 2016
Putri saya, Jingga Kanaya, genap 1 tahun

Dia baru saja sembuh dari demam berdarah. Setelah sekian hari menginap di RS Pelni, Jakarta.  Wajahnya kini mulai cerah kembali. Sudah bisa bermain lagi seperti sebelumnya. Bagi saya, kehadiranya begitu banyak membawa perubahan dalam hidup.  Saya sering marah-marah tanpa alasan, sejak dia hadir, memang saya masih juga sering marah-marah, tapi setelahnya menyesal dan berusaha untuk lebih tenang menghadapi masalah. Berhasil? Tak selalu.

Lalu, jujur, saya menyadari memang belum bisa memberikan yang terbaik untuknya, juga ibunya. Sejak dalam kandungan, karena alasan klasik “berat di ongkos”, saya juga sering telat memeriksakan kandungannya. Yang tentu saja membuat  ibunya sedih dan menahan sakit karena telat berobat atau periksa (kontrol) ke dokter. Pun, begitu dia lahir, masih juga karena persoalan teknis, terlambat memeriksakannya ke dokter. Was-was juga, walau akhirnya semua baik-baik saja.

Setahun putri saya. Hari ini biarkan menjadi perenungan tersendiri...

Sekarang saya tak berani berjanji untuk memberikan ini itu kepada putri saya, ataupun ibunya. Karena terbukti semua yang terencanakan tak sesuai dengan kenyataan. Yang tentu saja membuat mereka kecewa. Kalau sudah kejadian begini dan wajah mereka tampak murung, saya hanya bisa diam. Tak bisa komentar apa-apa lagi, karena memang saya berada dalam posisi yang keliru.

Tapi saya yakin. Para orang tua juga mungkin memiliki masalah yang sama. Anak saya sekarang baru satu, sementara saya melihat beberapa teman yang punya anak 2 bahkan sampai 4 mereka kok  ternyata bisa juga mengurusnya. Memberi nafkah ibu dan anak-anaknya, termasuk memberikan yang terbaik bagi mereka. Kok bisa ya?

Dari pengalaman ini, sebagai seorang ayah, saya memang perlu untuk terus belajar dan belajar. Lagi-lagi saya hanya bisa minta maaf kepada putri saya dan ibunya. Mungkin permintaan maaf ini membuatnya bosan mendengarnya, karena mungkin terlalu sering diucapkan. Lebih tepatnya diam-diam saya minta maaf kepada mereka dalam hati. Susah saya mengucapkannya.

Doa sederhana, semoga Allah memberikan jalan terbaik setelah saya menuliskan cerita kecil ini.

Sementara di luar jendela, matahari masih setia menghangatkan bumi.
Harapan saya, semoga juga bisa seperti itu. Terus. Selamanya…

Palmerah, 13 Maret 2016


2 Responses to "Setahun Putri Saya"

Unknown mengatakan...

wah imutnya,
sudah besar pasti solehah dan cantik,
aamiin..

BELAJAR BAHASA mengatakan...

Putri yang cantik, semoga jadi anak yang baik dan rajin belajar